TIFFANEWS.CO.ID.- Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI yang digelar di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua turut menjadi ajang pembuktian kerukunan antarumat beragama.
Aula Jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Ebenhaezer yang terletak di kampung adat Yakonde, Sentani, Kabupaten Jayapura, selama ajang berlangsung difungsikan warga sebagai tempat salat bagi peserta Sarasehan KMAN VI yang beragama Islam.
Penyediaan tempat beribadah itu pun diapresiasi oleh para peserta sarasehan, karena secara umum masyarakat kampung Yakonde adalah penganut agama Kristen.
“Menurut kami di sini (Kampung Yakonde) sangat bagus dan berkesan, karena kami sebagai muslim sudah disediakan tempat ibadah yang ditempatkan di Gereja Ebenheizer di lantai dua. Ini menunjukan toleransi yang begitu tinggi, di Papua secara khusus, dan di Indonesia pada umumnya,” ujar Rita Munggol, peserta saresehan dari Kabupaten Boolang Mogondow, Provinsi Sulawesi Utara, kepada InfoPublik, Kamis (27/10/2022).
Toleransi dan keramahtamahan masyarakat setempat juga dinilai menjadi cermin kesiapan yang begitu detail oleh panitia dalam menggelar rangkaian acara kongres yang berlangsung setiap lima tahun tersebut.
“Jadi kami sangat salut atas kerja keras panitia yang telah menyediakan tempat ibadah kami di gereja,” imbuh dia.
Senada, Ketua Rombongan Komunitas Amabom Raya, Saud Kumangki mengatakan penyediaan tempat ibadah muslim di gereja menunjukkan bahwa nilai toleransi antarumat beragama di Papua masih sangat terjaga dengan baik dalam keutuhan bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Bagi kami, itu adalah sebuah penghargaan karena kebutuhan kami untuk melaksanakan salat bisa terpenuhi. Sebenarnya, itulah wujud dari nilai-nilai luhur dalam rangka meningkatkan toleransi antarumat beragama,” jelas Saud.
Diakui Saud, awalnya bersama rekan-rekan muslim yang di tempatkan di Yakonde sempat kebingungan mencari tempat untuk salat karena Kampung Yakonde dihuni oleh penduduk Nasrani.
Kebingungan itu kemudian sirna ketika diberitahu oleh warga setempat jika Aula Jemaat GKI Ebenhaezer telah disiapkan untuk digunakan salat.
“Sikap toleransi yang dimilki oleh warga Papua bukan saja muncul saat adanya kongres, tetapi sikap toleransi di Papua sudah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan orang Papua,” katanya. (* Kominfo Newsroom)