Oleh: Peter Tukan*
JUMAT, 25 November 2022, para guru yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan (PPS) merayakan HUT ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional tingkat Kabupaten Merauke (bukan tingkat provinsi) yang dihadiri Gubernur PPS Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST., MT. dan unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimpda) Kabupaten Merauke. Pada kesempatan perayaan itu, mata ratusan guru melihat dengan mata telanjang bahwa, Gubernur PPS yang adalah mantan Rektor Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura ini, tiba di tempat acara tepat waktu malahan, datang 25 menit sebelum acara dimulai dan meninggalkan tempat acara setelah pembawa acara (MC) menyatakan bahwa acara sudah selesai! Inilah salah satu contoh sederhana dari apa yang disebut “Pendidikan nilai kehidupan”.
Pendidikan nilai kehidupan itu antara lain: disiplin yang antara lain tampak pada ‘datang lebih dulu – pulang tepat waktu, atau malahan pulang kemudian’.
Pendidikan nilai juga diwujudkan dalam hidup seorang manusia melalui tindakan: berkata benar, apa yang dibicarakan – seiring dengan perbuatan nyata; adil dalam bertindak, berbelarasa, solidaritas universal – suka menolong, berat sama dipikul – ringan sama dijinjing, bergotong royong singsingkan lengan baju; tidak merasa iri jika sesama saudara dan rekannya yang lain memiliki kelebihan dalam banyak hal; tidak angkuh atau tidak sombong, tidak merasa diri lebih dari orang lain, tetap rendah hati – berilmu padi yakni semakin berisi semakin merunduk, dan sebagainya.
Seorang guru yang tidak mau disebutkan namanya spontan berkata: ”Pak Gubernur sudah memberikan contoh yang baik, tidak hanya untuk kami para guru tetapi juga rakyat Papua Selatan pada umumnya yaitu bahwa pendidikan nilai berdisiplin – datang tepat waktu dan sikap rendah hati.”
Jangan pulang lebih dulu
USAI santap malam bersama para guru, dua orang Pembawa Acara menyampaikan bahwa setelah makan malam bersama, kita semua jangan dulu meninggalkan tempat acara karena masih ada beberapa acara lainnya seperti penyerahan hadiah dan foto bersama.
Penyampaian dari MC (Master of Ceremony) itu, justru ditaati oleh Gubernur PPS Apolo Safanpo dengan tetap berada di tempat acara dan dengan sabar terus mengikuti acara-acara lanjutan tanpa sedikitpun menampakkan sikap bergegas pulang setelah makan bersama para guru dan tamu undangan lainnya.
Tampak gubernur Apolo meladeni permintaan MC untuk menyerahkan hadiah-hadiah bagi para pemenang perlombaan HUT PGRI kepada para guru.
Ketika gubernur menyerahkan hadiah kepada perwakilan pemenang perlombaan, tampak hadirin bertepuk tangan sembari bersorak-sorai atas kemenangan yang mereka raih dalam berbagai jenis perlombaan.
Pada saat diberi kesempatan menyampaikan amanat kepada para guru, Gubernur Apolo Safanpo tampil bersahaja, menampilkan sinar mata cerah-ceria. Beliau menyampaikan sambutan yang bernas, yang patut dipahami dan diamalkan oleh para guru.
Menurut Gubernur Apolo, setidaknya ada tiga tujuan pendidikan di lembaga pendidikan yaitu memberikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada para peserta didik, juga memberikan pendidikan nilai kehidupan seperti kejujuran, keadilan, dan berdisiplin bagi kaum muda. “Didiklah kaum muda maka, kita akan memiliki masa depan. Masa depan Bangsa dan Negara ini justru berada di pundak kaum muda, jika kita mendidik orang muda dengan baik, maka masa depan kita pun akan baik,” katanya.
“Pendidikan nilai seperti kejujuran dan keadilan hendaklah menjadi yang pertama dalam proses belajar-mengajar. Kita menghasilkan manusia yang utuh yang memiliki nilai kejujuran dan keadilan itu, harus didukung dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Jika kita ingin masa depan yang baik maka perhatikanlah anak-anak mudanya,” kata Apolo Safanpo disambut tepuk tangan riuh ratusan guru menandakan, amanat gubernurnya pada malam ini adalah benar dan bermutu.
Pantauan di arena perayaan HUT ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional tingkat Kabupaten Merauke, Gubernur PPS Apolo Safanpo dan rombongan tiba di tempat acara Pkl.18.45 WIT atau sekitar 25 menit lebih dulu sebelum Pembawa Acara (MC) secara resmi menyampaikan ‘Pengantar Acara’ Perayaan HUT-ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional.
Saat tiba di pintu gerbang gedung serba guna tempat berlangsungnya perayaan HUT PGRI, Gubernur Apolo disambut tari-tarian adat masyarakat adat PPS dan langsung dihantar masuk ke arena acara sembari diiringi tepukan tangan sangat meriah oleh ratusan guru.
Gubernur Apolo pun meninggalkan tempat acara Pkl 20.45 WIT setelah menyerahkan hadiah kepada para pemenang lomba Hari Guru Nasional dan disusul foto bersama para peserta perayaan HUT ke-77 PGRI.
Beda dengan yang lain
KEDISIPLINAN yang ditampakkan Gubenur PPS Apolo Safanpo ketika menghadiri perayaan HUT ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional itu, justru jauh berbeda dengan para peserta, tamu dan undangan VIP lainnya, yang tiba di tempat acara lebih terlambat dari waktu yang sudah ditentukan. Sudah terlambat tiba di tempat acara tetapi menampakkan diri seolah-olah tidak bersalah!
Biasanya, khalayak ramai, tamu-undangan, datang lebih dulu sebelum tibanya pemimpin atau orang yang lebih tua atau yang dituakan. Tetapi yang tampak pada malam itu adalah justru pemimpin dan yang dituakan (seperti Gubernur PPS) cukup lama menunggu kedatangan tamu-undangan VIP lainnya itu.
Biasanya, peserta suatu acara atau kegiatan, belum dapat atau belum boleh meninggalkan tempat acara (kegiatan) sebelum pemimpin atau orang yang dituakan, pamit dari tempat acara itu.
Tetapi yang terjadi pada malam perayaan HUT ke-77 PGRI Kabupaten Merauke itu adalah beberapa tamu-undangan VIP itu, sudah datang terlambat, tetapi lebih dulu pulang meninggalkan tempat acara sebelum pemimpin yang lebih tinggi (gubernur) atau orang yang dituakan, pamit meninggalkan tempat acara tersebut. Beberapa tamu – undangan VIP itu justru pulang sebelum berakhirnya acara padahal, orang yang sama itu justru terlambat datang ke tempat acara itu.
“Bapak-bapak ini datang kemudian – tetapi pulang lebih dulu; sebaliknya, tamu undangan lain, malahan gubernur PPS sendiri , datang lebih dulu- pulang paling akhir. Memang benar kata para bijak, orang yang sungguh-sungguh jujur bersekolah di sekolah yang bermutu akan bersikap rendah hati dan berdisiplin. Orang itu akan selalu dikagumi banyak orang dan menjadi teladan atau panutan bagi generasi muda kita,” kata seorang guru peserta perayaan HUT-ke-77 PGRI.
Apa kata Jan Riberu
TOKOH pendidikan nasional, Dr Jan Riberu menegaskan kalau mau membangun Indonesia, yang pertama-tama dan lebih dahulu dilakukan adalah membangun manusianya.
Pendapatnya itu dikemukakannya saat peluncuran buku yang memuat pergulatan pemikirannya bertajuk “Pergulatan Pemikiran Dr Jan Riberu: Pendidikan, Relasi Agama-Negara, dan Pancasila” di PPM Manajamen, Jakarta, Sabtu (27/1/2018).
Jan Riberu mengemukakan, lewat Pendidikan, Indonesia telah menghasilkan manusia-manusia bermutu, seperti para pemimpin bangsa. Hal itu membuat Indonesia bisa maju dengan cepat. Kemajuan itu karena didukung oleh pendidikan yang bagus dan bermutu.
“Kita sudah maju dengan berbagai rencana pembangunan. Kita telah menjadi bangsa yang dikagumi bangsa lain,” kata tokoh pendidikan tersebut.
Lebih lanjut Jan Riberu mengatakan, Pendidikan nilai kejujuran, keadilan, belarasa, dan disiplin dalam hidup, akan dapat diterapkan oleh kaum muda dalam hidup mereka jika para pendidik atau juga para orangtua atau yang dituakan terlebih dahulu mempraktekkan nilai kejujuran, kedilan dan kedisiplinan dan belarasa itu di dalam keseharian hidup mereka sendiri.
“Orang muda harus terlebih dahulu mengalami nilai-nilai hidup seperti kejujuran, keadilan, belarasa-solidaritas dan disiplin di dalam hidupnya setiap hari, barulah mereka dapat mengamalkan nilai-nilai itu di dalam kehidupannya di tengah masyarakat dan lingkungannya. Pengalaman nilai membawa orang kepada pengamalan nilai kehidupan itu,” kata Dr Jan Riberu.
PADA hari ini, seluruh lapisan masyarakat (rakyat) di Tanah Papua Selatan sangat membutuhkan pemimpinnya yang dapat menjadi panutan atau teladan (contoh) dalam hidup bersama: hidup berbangsa, bernegara, bermasyarakat dan beragama.
Pemimpin yang tidak pernah mengalami pendidikan nilai kehidupan di masa kecilnya, akan sangat sulit mengamalkan nilai kehidupan itu di tenggah rakyatnya sendiri.
*Peter Tukan: Wartawan