TIFFANEWS.CO.ID, Umat Katolik di wilayah Koya, Keuskupan Jayapura, mendapat pelatihan paralegal. Kegiatan yang lebih mefokuskan pada jurnalisme warga ini, menghadirkan nara sumber dari Aliansi Demokrasi untuk Papua(ALDP).
Kegiatan yang dilakukan atas kebutuhan umat ini diinisiasi oleh Pastor Wilayah Koya Pastor Jhon Djonga. Wilayah Koya melingkup empat stasi yaitu, Bunda Maria Koya Kosso, Santo Petrus Koya Tengah, Hati Kudus Yesus Koya Barat dan Stasi Kristus Sang Penabur Koya Timur.
Kegiatan berlangsung dua hari 21-22 Desember 2022 itu diikuti 20 lebih peserta. Menurut Pastor Jhon terkait materi dan para pemateri dalam pemaparannya telah memberikan gambaran umum hingga dinamika sosial politik di masing-masing wilayah pelayanan komunitas basis (kombas).
“Yang saya harapkan, setelah dari sini, peserta diharapkan dapat menindaklanjuti apa yang telah didapat. Mereka juga telah membuat rencana tindak lanjut,” kata Pastor Jhon.
Lebih lanjut Pastor Jhon mengatakan, sebagai kelanjutan dari kegiatan ini, para peserta kembali dan melakukan diskusi bersama di masing-masing kampung.
Mereka makukan pemetaan masalah dan dibuat semacam pendalaman masalah sebab akibat atau katakana seperti investigasi begitu.
“Saya juga minta agar peserta kemudian dapat membuat komunitas jurnalisme warga di wilayah koya seerti yang telah disamaikan dalam materi,” ujarnya.
Pastor Jhon mengharapkan ada kerja-kerja yang mengkolaborasikan komunitas-komunitas kreatif lainnya seperti komunitas Papuan Voices untuk melakukan pelatihan pembuatan video advokasi.
Fabio Lopez jurnalis Kompas yang membawakan materinya,“peran advokasi jurnalis warga dari kampung”, mengatakan bahwa masyarakat daat menyuarakan asirasi melalui jurnalisme warga.
“Masyarakat dapat menyuarakan aspirasinya melalui jurnalis warga maupun publik secara luas di Papua maupun di luar Papua. Misalnya, masalah kemiskinan, infrastruktur pendidikan dan kesehatan,” katanya.
Sementara itu Antoni Ibra, membawakan materi mengenai “Pengertian konflik dan pengelolaannya”. Ibra menuturkan tentang pentingnya dilakukan pemetaan konflik hingga pendekatan untuk mengelola konflik sosial, politik yang lebih luas.
“Maka itu, saya beberkan materi tentang apa itu konflik, pnyebabnya hingga tiga bagian penting yang harus peserta paham adalah konflik laten, konflik di permukaan dan konflik terbuka. Nah, untuk dapat memetakannya, dibutuhkan satu stategi yang paling menyeluruh dengan cakupan yang luas dan diimbangi dengan komitmen yang kuat,” ujar Ibra.
Sementara itu, Symsul Alam Agus, membawakan materi,“Investigasi dan pendokumentasian HAM pada kasus-kasus masyarakat adat.”
Kata Alam, materi ini penting untuk memberikan bantuan secara cepat kepada korban. Ini juga bagian dari rehabilitasi terhadap korban.
“Satu bentuk alat untuk mengontrol kerja-kerja pemerintah dalam kewajibannya memenuhi perjanjian HAM. Dan tujuan lainnya adalah pembuatan rekaman sejarah,” tegas Alam diakhir materinya. [] Alfonsa Wayap.