TIFFANEWS.CO.ID – Setelah gelaran Pemilihan Umum pada 14 Februari 2024, fokus kini beralih pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Indonesia. Marthen Wambarop, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Boven Digoel, Papua Selatan, menggulirkan seruan anti-rasisme antara sesama Orang Asli Papua (OAP), khususnya yang berasal dari suku di wilayah Provinsi Papua Selatan dalam menentukan bakal calon kepala daerah tingkat kabupaten hingga provinsi.
Dalam sebuah pernyataan yang disampaikannya kepada awak media melalui pesan WhatsApp pada Jumat (19/04/2024), Marthen menyoroti isu-isu yang berkembang, terutama tentang syarat kelayakan calon kepala daerah. Beberapa pihak menegaskan bahwa hanya mereka yang lahir dari kedua orang tua Papua yang berhak mencalonkan diri, mengesampingkan mereka yang hanya memiliki salah satu orang tua dari Papua.
Marthen menilai pandangan ini sebagai sesuatu yang ambigu. Dia menunjukkan selain secara regulasi sudah diatur tentang status Orang Asli Papua, di dunia internasional juga banyak pejuang kemerdekaan atau pahlawan berasal dari latar belakang yang beragam. Contoh yang dia berikan termasuk Bob Marley, musisi legendaris yang memperjuangkan kesetaraan manusia tanpa memandang warna kulit, dan Che Guevara, warga Argentina yang berjuang untuk kemerdekaan Kuba.
Putra yang berketurunan dari Bapak dan Ibu asli suku Muyu ini juga mengutip contoh dari Indonesia, seperti Douwes Dekker yang menulis buku “Max Havelaar” dengan nama pena Multatuli, yang membongkar kekejaman kolonialisme Belanda di Indonesia. Marthen menekankan bahwa dalam memperjuangkan kesetaraan dan pembangunan, tidak hanya mereka yang berasal dari keluarga Papua yang memiliki hak, tetapi juga mereka yang memiliki latar belakang yang beragam.
Sebagai ketua KNPI Boven Digoel, Marthen menegaskan bahwa calon kepala daerah harus dipilih berdasarkan kompetensi dan visi mereka, dan catatan bagi Majelis Rakyat Papua Selatan (MRPS) yang merekomendasikan syarat kelayakan calon kepala daerah harus mempertimbangkan orang-orang yang memiliki salah satu orang tua asli dari suku – suku di Papua Selatan.
“Artinya begini, untuk memperjuangkan kesetaraan pembangunan di bidang pendidikan, ekonomi, infrastruktur, sosbud, kesehatan dan lain – lain bukan hanya kita saudara yang lahir dan punya orangtua bapa mama papua. Tetapi, mereka yang mamanya papua dan bapa non papua atau sebaliknya juga berhak diatas negeri ini,” ucap Marthen dalam pesan suara yang dikirimkannya.
Marthen menekankan pentingnya menghilangkan rasisme dan diskriminasi dalam proses politik, terutama terhadap anak-anak yang lahir dari orang tua yang berasal dari latar belakang etnis yang tercampur. Dia mengajak masyarakat untuk melangkah maju tanpa terbebani oleh pemikiran rasialis.
Dengan demikian, seruan Marthen Wambarop menyoroti pentingnya inklusi dan kesetaraan dalam politik lokal, serta perlunya melihat syarat-syarat kelayakan calon kepala daerah nantinya agar lebih inklusif dan tidak diskriminatif.
“Kita memperjuangkan tentang kesetaraan dan kita mengakui sesama manusia. Maka, mari hilangkan rasisme dan kita tidak boleh mendiskriminasi anak – anak yang lahir dari salah satu orang Papua karena itu namanya kita melenggangkan Rasisme.” Tutupnya. (Ron)