TIFFANEWS.CO.ID – Arki Harald Mahuze, mantan anggota dari sepuluh anak Marind yang dikirim bersekolah ke Jerman, mengungkapkan pengalaman pahitnya dalam kegiatan Kampanye Dialogis Pasangan Apolo Safanpo dan Paskalis Imadawa, Selasa (29/10/2024) di Aula Hotel Ros Permai, Kabupaten Merauke.
Arki menjelaskan bahwa mereka diberangkatkan pada 14 September 2014 ke Jakarta setelah terpilih untuk mewakili anak-anak Merauke.
“Kami difasilitasi oleh Pemda Merauke dan Yayasan Indonesia Jerman. Setelah tiba di Jakarta, kami mengikuti pembekalan selama enam bulan sebelum berangkat ke Jerman,” ujarnya.
Namun, pengalaman di Jerman sangat mengecewakan. “Awalnya, tujuh teman kami diberangkatkan ke Frankfurt untuk mengikuti program yang dijadwalkan. Tapi sayangnya, kami tidak dijemput dan hidup liar di sana,” tambahnya.
Salah satu teman mereka meninggal dunia setelah mengungkapkan keinginannya untuk pulang. “Saat kami tiba di Jerman, kami merasa terabaikan,” keluhnya.
Arki menyebutkan bahwa mereka dikirim oleh Romanus Mbaraka, Bupati Merauke, yang hanya mengatakan untuk mengirim mereka tanpa perhatian lebih.
“Romanus cuma bilang, ‘ Sebelum saya turun, kirim mereka. Saya tidak mau tahu,'” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa bukan keberhasilan yang mereka bawa pulang, melainkan rasa kecewa dan penyesalan.
“Semua yang pulang dari sana hancur berantakan, bahkan ada yang meninggal dunia. Kami sangat kecewa dengan pembangunan sumber daya manusia yang sedang berjalan,” tambahnya.
Arki mengingatkan agar tidak mudah percaya pada program-program besar yang menjanjikan pengiriman anak-anak ke luar negeri, apalagi ke Israel, karena sering kali pengurusannya tidak transparan dan tidak berjalan baik. (Ron)