TIFFANEWS.CO.ID,- Waktu yang tersisa untuk menuju tahun emas Indonesia 2045 tidaklah banyak. Hanya tinggal 22 tahun lagi. Pada saat itu, negara Indonesia membutuhkan para pemimpin nasional yang mampu membawa bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan serta ancaman secara global.
Sementara itu, ancaman dan tantangan secara nyata telah menampakan tanda-tandanya sekarang ini. Oleh karenanya, kecerdasan, berkarakter dan visioner adalah syarat yang harus terpenuhi sebagai pimimpin Indonesia dalam era itu. Konsekuensinya, para mahasiswa Indonesia yang pada 2045 menjadi pemimpin bangsa diminta untuk mempersiapkan diri sesuai dengan tuntutan jaman.
Demikian ditegaskan oleh Taprod Bid. Ideologi Lemhannas RI, AM Putut Prabantoro di hadapan para peserta Seminar Kebangsaan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) St Thomas Aquinas Tahun 2023, di Wisma Kinasih, Depok, Senin (12/06/2023).
Putut Prabantoro hadir dalam kapasitasnya mewakili Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto. Hadir juga dalam acara tersebut, Simon Aloysius Mantiri (Sekpri yang hadir mewakili Menhan Prabowo Subianto), Kombes Pol Andika Vishnu (Kasubdit II Direktorat Sosbud Baintelkam Polri) yang hadir mewakili Kapolri Jend. Pol. Listyo Sigit Prabowo, Ronald Walla (Ketua Bidang UMKM-IKM APINDO) dan Edric Chandra (Anggota Kemitraan Usaha APINDO).
Sementara itu, Simon Aloysius Mantiri menegaskan PMKRI sebagai organisasi kemahasiswaan harus mampu untuk terus berinovasi agar dapat beradaptasi dengan perkembangan jaman. Penguasaan teknologi terkini selayaknya menjadi prioritas bagi kader PMKRI. Di samping itu perlu untuk terus mengikuti perkembangan situasi geopolitik dunia agar dapat mengantisipasi tantangan dunia ke depan.
Menuju Indonesia Emas 2045 akan banyak tantangan yang dihadapi Indonesia sebagai bangsa. PMKRI dan para mahasiswa lain harus selalu kritis dan terus menyuarakan semangat persatuan dan rasa cinta tanah air. Tujuannya adalah agar seluruh elemen bangsa bahu-membahu membantu pemerintah menghasilkan kebijakan yang meningkatkan ketahanan bangsa Indonesia serta mewujudkan masyarakat yang adil dan Makmur sebagaimana yang diamanatkan Pembukaan UUD 1945.
Dalam era tahun 2045, demikian dijelaskan Putut Prabantoro, penduduk dunia akan mencapai hampir 10 miliar orang. Dalam konteks ini, dunia membutuhkan pangan, air dan energi. Kebutuhan itu akan mendorong banyak negara terlebih negara adi kuasa mencari negara tujuan yang memiliki sumber pangan, air dan energi. Salah satu negara tujuannya adalah Indonesia karena kekayaan yang dimilikinya.
Selain itu, perubahan iklim yang terjadi pada saat ini secara cepat akan mendorong terjadinya perubahan tata nilai dan tata budaya. Perubahan iklim yang ekstrim sangat terlihat di jazirah Arab dan Afrika dan ini semua merubah tata nilai dan tata budaya sebagai akibatnya. Perubahan iklim ini adalah persoalan bagaimana manusia akan bertahan hidup melawan alam. Pada tahun 2045, dunia akan menghadapi wujud nyata dari perubahan tata nilai dan budaya yang terwujud pada tata kehidupan manusia dan ini bukan urusan agama ataupun keyakinan.
“Perang Rusia dan Ukraina akan memicu ketegangan di Kawasan konflik di tempat lain seperti misalnya ketegangan antara China dan Taiwan, Laut China Selatan dan lain-lain. Ketegangan-ketegangan ini mengubah geopolitik dunia dan Indonesia harus memainkan peranan strategisnya yang sangat ditentukan oleh para pemimpinnya di masa datang,” tegas Putut Prabantoro.
Pencarian keseimbangan kekuatan di bidang ekonomi memicu perang ekonomi antara kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) dan kekuatan Amerika-Uni Eropa. Perang ekonomi ini akan mengubah tantanan ekonomi dunia secara cepat dan sangat berdampak juga pada Indonesia. Suka tidak suka Indonesia akan didorong untuk membuat keputusan strategis dalam menentukan masa depannya.
Oleh karena itu, para anggota PMKRI dan mahasiswa sekarang pada umumnya tidak membekali diri dengan kecerdasan, kepribadian (karakter) dan kemampuan membaca tanda-tanda jaman (visioner), masa depan Indonesia terancam. Karena para mahasiswa sekarang ini, 22 tahun lagi akan menjadi pemimpin bangsa dan negara.
„Masa depan Indonesia ditentukan hari ini dan pilarnya adalah mereka yang sekarang menjadi mahasiswa. Menjadi cerdas diawali dengan membaca, belajar dengan serius, membangun jejaring, menjadi manusia yang extraordinary, berpikiran out of the box, dan mampu membaca tanda jaman adalah factor penentu terwujudnya pemimpin masa depan,” tegas Putut Prabantoro.
Diurai lebih lanjut, berkarakter atau berkepribadian harus diawali dengan memperbaiki serta memperkokoh mental dan serta mindset baru, disiplin, pegang komitmen dan menolak untuk diadu domba. Itu merupakan kelemahan bangsa Indonesia yang telah diungkapkan Prof Koentjaraningrat dan Muchtar Lubis hampir 40 tahun lalu. Bagi bangsa Indonesia, memiliki kepribadian berarti juga menempatkan Pancasila sebagai senjata dan sekaligus perisai dalam mengatasi semua tantangan atau ancaman yang ada. (*che)