TIFFANEWS.CO.ID,- Pemuda yang berintegritas berperan penting dalam transformasi digital saat ini karena hal itu berpengaruh pada perubahan kehidupan masyarakat. Integritas pemuda di era digital ditunjukkan dari kebiasaan-kebiasaan berkomunikasi yang memberi kontribusi pada kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Terkait dengan itu, menghadapi pemilu serentak 2024, keterbukaan informasi yang merupakan hak masyarakat mestinya sangat terbantu dengan perkembangan era digital untuk menjadi sarana mewujudkan pemilu yang jujur, adil, dan demokratis.
Hal ini terungkap dalam seminar bertemakan: “Transformasi Era Digital yang Berkebangsaan dan Peran Pemuda dalam Mewujudkan Damai di Tanah Papua”, yang dilaksanakan di Aula Susteran Maranatha Waena, Kota Jayapura, Provinsi Papua, Kamis,(15/6).
Seminar yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Pemuda Penggerak Transformasi Digital Pemuda Katolik dan dikolaborasi dengan Rakerda III Pemuda Katolik Komda Papua ini, menghadirkan narasumber Sosiolog Univesitas Cenderawasih (Uncen), Prof. DR. Drs Ave Lefaan, Komisioner Komisi Informasi Provinsi Papua, Syamsuddin Levi dan Robertus Bondan Wicaksono selaku perwakilan Pengurus Pusat Pemuda Katolik.
Seminar yang dimoderatori jurnalis Perempuan Papua, Alfonsa J. Wayap, diikuti kurang lebih 200 pemuda dan mahasiswa para utusan pengurus pemuda katolik dari berbagai wilayah di tanah Papua berlangsung meriah diwarnai tanya-jawab dan diskusi.
Prof. DR. Drs Ave Lefaan dalam paparannya, mengatakan bermula dari komunikasi digital antar sesama yang dilakukan secara terus menerus kemudian membentuk ideologi komunikasi yang akan megubah kehidupan manusia.
“Hari ini, kita menjadi pemuda yang sering berkomunikasi antar sesama, baik itu secara digital maupun fisik. Dan itu dilakukan terus menerus. Maka terbentuklah ideologi komunikasi, sehingga arus informasi akan merubah kita,” jelas Sosiolog dari Uncen ini.
Menghadapi perubahan ini, menurut Prof Ave Lefaan, seorang harus memiliki integritas, harus dapat bersolidaritas dan memiliki perspektif
Pemuda Katolik, menurutnya, harus dapat bersolidaritas dan memiliki perspektif atau pandangan yang tidak keluar dari AD/ART organisasi, sebab dengan cara pandang itu, dapat terbentuk integritas sehingga terbentuk kebiasaan berkomunikasi, sekaligus bertransformasi melalui komunikasi.
Kertebukaan Informasi
Komisioner Komisi Informasi Provinsi Papua, Syamsuddin Levi mengatakan, keterbukaan informasi dalam penyelenggaraan pemilu merupakan hak masyarakat, sekaligus sarana untuk mewujudkan pemilu yang jujur, adil, dan demokratis.
Syamsuddin Levi yang membawakan materinya berjudul “Membangun Keterbukaan Informasi Pemilu di Papua”, menjelaskan bahwa keterbukaan informasi dapat mendorong badan publik membuka akses informasi terkait dengan pelayanan publik, termasuk penyelenggaraan pemilu kepada masyarakat.
Selain itu, kata Syamsuddin, keterbukaan informasi diperlukan, guna memastikan bahwa negara yang menganut sistem demokrasi yang menempatkan rakyat sebagai pemilik kedaulatan atas negara, dapat menjalankan kontrol atas pelaksanaan kekuasaan negara.
“Kontrol rakyat ini dapat dilaksanakan dengan pra-syarat adanya pengaturan sistem kontrol rakyat atas negara dan pemerintahan, salah satu misalnya melalui pemilu, hak berpartisipasi dalam kegiatan politik dan pemerintahan, dijaminnya hak mengakses informasi publik, dan adanya kewajiban badan publik membuka akses informasi kepada publik, serta terbangunnya kemampuan rakyat mengakses dan memanfaatkan data publik,” jelas Syamsuddin yang juga sebagai Ketua Bidang Penelitian dan Dokumentasi Komisi Informasi Provinsi Papua.
Robertus Bondan Wicaksono selaku perwakilan Pengurus Pusat Pemuda Katolik dalam materinya memaparkan peran pemuda yang sangat penting dalam bermedia di dunia digital.
Ia sependapat dengan apa yang dikatakan Prof Ave, bahwa pemuda mesti membiasakan diri dalam berkomunikasi melalui dunia digital, sehingga mengasah mental pemuda yang komunikatif.
“Ada sisi positif dan negatif dalam berdigital. Saya mengajak pemuda katolik untuk cerdas memilih informasi dan memiliki cara berpikir kritis dalam memilah informasi,” terang Bondan.
Kompetensi dan Berwawasan Kebangsaan
Pembina Pemuda Katolik di Papua, drg Aloysius Giyai yang hadir membuka kegiatan ini mengaku sangat mengapresiasi kegiatan seminar dan Rakerda III Pemuda Katolik Komda Papua. Dalam sambutannya Aloysius Giyai mengatakan, pemuda katolik adalah kader-kader gereja masa depan.
Menurut Aloysius Giyai , pengkaderan dalam sebuah organisasi sangat penting dan pemuda katolik jangan ceroboh dalam melakukan sesuatu, melainkan harus profesional dan memiliki kompetensi yang bertanggungjawab.
“Pemuda tak boleh berlindung di bawah kekuasaan, harus kerja keras secara profesional dengan terus meningkatkan kompetensi dan memiliki wawasan kebangsaan yang berdampak pada orang-orang di sekitar,” terang Aloysius Giyai.
Secara khusus, Aloysius Giyai meminta keterlibatan pemuda katolik dalam mengawal rencana pendirian Universitas Katolik (Unika) di Jayapura yang merupakan mandat lima keuskupan di Papua.
Komunikasi yang Beretika
Salah satu peserta seminar, Milka Wuka, mahasiswi Fakultas Hukum Uncen mengaku dirinya mendapatkan wawasan berpikir baru dari tiga narasumber atau pemateri dalam seminar ini.
“Kita mesti membangun komunikasi intens. Berkomunikasi yang beretika. Kegiatan seperti ini, harus rutin dilakukan pemuda katolik dan mengundang pemuda-pemudi mengikutinya. Ini kegiatan positif dan menambah wawasan kita. Hal semacam ini, jarang kita dapat di kampus. Jadi, saya rasa, ini bagian dari kuliah umum,” ujarnya.
Ketua Carateker Komcab Kabupaten Yalimo, Ferrisu Hisage mengaku bersyukur dapat mengikuti kegiatan seminar seperti ini.
“Selama ini, kita sering diperhadapkan berbagai persoalan adu domba di media sosial. Kita juga kadang jadi korban mengkonsumsi informasi hoax. Pasalnya, kita tak memverifikasi informasi, sebelum disebarkan atau disampaikan kepada komunitas basis,” ungkapnya.
Ketua Komda Papua, Melianus Asso menanggapi pesan Aloysius Giyai terkait pendirian Universitas Katolik. Menurut Melianus pemuda katolik sangat mendukung dan siap bekerja bersama-sama membangun Unika.
“Kehadiran kampus katolik sudah kami dorong dari periode sebelumya dan itu dijawab oleh Uskup Keuskupan Jayapura, Mgr. Yanuarius Theopilus M. You belum lama ini. Kami siap kawal pendirian Unika,” kata Melianus.
Diakhir kegiatan, Ketua Panitia Donny Gobay mengatakan, melalui Gerakan Pemuda Penggerak Transformasi Digital (Petra Digital) yang merupakan program pusat melalui setiap Komda di Indonesia, Komda Papua merupakan tolak ukur pelaksanaan seminar digital ini.
“Kami bertemima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi, sehingga kegiatan ini dapat berjalan lancar, terutama kepada Kominfo Pusat. Kami merasa termontivasi melaksanakan kegiatan seminar sekaligus rakerda ini. Harapan kami, tidak sampai di sini saja, tapi kegiatan semacam ini harus terus dilakukan, guna membangun komunikasi pada kegiatan lainnya di waktu yang akan datang,” tutup Donny.
Alfonsa J. Wayap