TIFFANEWS.CO.ID,- Intelektual Deiyai-Papua Tengah, Yefri Edowai, ST, MM, M.Th., mengatakan nilai-nilai baik yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat lokal dapat dipakai dalam manajemen pemerintah daerah agar program itu berhasil dan berdaya guna serta memberi manfaat bagi masyarakat.
Dia mencontohkan, nilai dou, gai dan ekowai (Melihat, Berpikir dan Bertindak) yang merupakan nilai hidup masyarakat suku Mee Papua Tengah, kini tengah dipraktikan dalam pemerintahan Kabupaten Deiyai yang ternyata membawa pengaruh positif terhadap perkembangan kabupaten Deiyai.
“Pada dasarnya, dalam masyarakat terdapat nilai-nilai yang mengatur kehidupan termasuk mengatur cara kerja kelompok dan para pemimpinnya. Nilai-nilai inilah yang dipakai masyarakat untuk menilai atau pun ikut berpatisipasi dalam program pembangunan,” kata Yefri Edowai saat ditemui di Jakarta, Senin (18/9).
Yefri Edowai yang juga seorang ASN di Lingkup Pemkab Deiyai ini menjelaskan bahwa nilai budaya Mee seperti Dou, Gay, dan Ekowai kini dipakai oleh pemkab Deiyai sebahgai moto kabupaten.
Hal ini menurutnya, sangat efektif karena Bupati, ASN , masyarakat, memiliki acuan yang sama, sehingga hal itu menjadi dasar membangun Deiyai.
“Para pimpinan daerah dalam hal ini Bupati, lalu pemimpin lainnya di setiap level dan organisasi sangat memberi perhatian pada moto dou, gai, ekowai ini, sehingga pembangunan di Deiyai memiliki satu kesamaan.
Penulis Buku “ Manajemen Keluarga Kristen,” ini menjelaskan, Dou yang berarti melihat memiliki arti bahwa seorang pemimpin harus lebih dahulu melihat kondisi masyarakat, potensi masyarakat dan permasalahan yang dihadapi masyarakat secara menyeluruh.
“Jadi tidak bertindak gegabah dan asal jadi. Harus melihat dulu apa masalahnya baru dipikirkan solusinya. Masalah itu seperti ekonoomi, politik, kemudian budaya dan pembangunannya. Pemimpin harus mengenal daerahnya dan kondisi kehidupan masyarakatnya terlebih dahulu baru dibuatkan kebijakan. Ya.sekurang-kurangnya pemimpin punya gambaran besar masalah dan potensi masyarakat” Kata Yefri Edowai.
Yefri menjelaskan, melihat bukan sekadar melihat tapi ikut merasakan. Melihat artinya juga terlibat.
“Seorang pemimpin harus ikut merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat atau anggotanya, ia pun merasakan penderitaan masyarakatnya. Ia bersama bersama masyarakat dalam suka dan duka,”ucapnya.
Setelah melihat, lanjut Yefri, pemimpin kemudian berpikir atau Gai. Gai ini, kata Jefri, terkait dengan perencanaan yang melingkupi waktu, sumber daya, anggaran dan lain-lain.
Dalam perencanaan dibicarakan fokus perhatian, seperti infrastukturnya, kesehatan, pendidikan, kemudian kesejahteraan masyarakatnya.
“Gai, itu adalah berpikir. Maksudnya ada sesuatu yang dipikirkan dari tahapan sebelumnya yakni melihat. Berpikir juga memilah untuk menentukan mana yang prioritas. Di sini adalah perencanaan,” ujarnya.
Dalam perencanaan disusunlah priorotas dan fokus kerja secara sistematis dan struktur dan memberikan optimisme rencana bisa dilaksanakan.
Yefri lanjut menjelaskan, setelah merencanakan berdasarakan, fakta, kondisi real yang ada , selanjutnya adalah bertindak atau ekowai.
“Rencana yang baik, adalah rencana yang diimplementasikan atau dikerjakan. Maka setelah perencanaan adalah bertindak. Banyak dari kita hanya sampai pada rencana-rencana, karena rencana yang dibuat tidak mencantumkan keharusan untuk bertindak. Jadi dengan Ekowai, ada keharusan untuk bertindak,” ujarnya.
Menurut Yefri, nilai baik dalam budaya Mee seperti Dou, Gai dan Ekowai bisa dipakai dalam manajamen pemerintahan dan akan lebih baik kalau itu didukung oleh nilai-nilai hidup masyarakatnya.
Dia menambahkan, belajar dari manajemen pemerintahan di Deiyai, suksesnya pemerintahan Bupati Ateng Edowai, karena konsisten melaksanakan moto ini.
“Pemimpin harus konsisten dengan moto yang dipilih daerahnya. Jadi bukan sekadar ditulis,” tutupnya. (*che)