TIFFANEWS.CO.ID,- Tabloid Suara Perempuan Papua (suaraperempuanpapua.id) berkolaborasi dengan Peace Literacy Institute Indonesia (PLII) memberi penghargaan kepada lima peserta lomba menulis opini dengan tema, “Anak Muda Menarasikan Perdamaian Dalam Situasi Konflik di Papua”.
Pemberiaan piagam penghargaan diserahkan oleh koordinator kegiatan yang juga jurnalis suaraperempuanpapua.id, Alfonsa Wayap, di Jayapura, Jumat,29/9).
Lomba menulis opini ini merupakan rangkaian dari pelatihan jurnalis yang bertajuk “Literasi Jurnalisme,”yang digelar bertepatan dengan Hari Literasi Internasional, di Susteran Maranatha, Weana, Jayapura (8/9).
Kegiatan diikuti 18 peserta dan diampuh oleh Alfonsa Wayap dan Iriandi (Andi)Tagihuma (penulis, penggagas literasi Komunitas Sastra Papua (Ko’SaPa)
Peserta terdiri dari Pemuda Katolik, Suara Grime Nawa (Suara Grina), Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) Uncen, Jayapura Post, Pemuda Baptis, SMA YPPK Taruna Dharma Kota Raja, Ikatan Pemuda Pegunungan Bintang, dan komunitas SaCode (bidang IT).
Peserta merupakan mahasiswa-mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi di Kota Jayapura dan satu peserta adalah guru.
Kepada media ini, Alfonsa mengatakan, lima peserta yang mendapatakan piagam pengharagaan, diantaranya, diantaranya, Alpius Uropmabin, Erson Tapki, Naomi, Malpen dan Yeti.
“Apresiasi kepada adik-adik yang telah menuangkan gagasannya melalui tulisan,” kata Alfonsa yang adalah jurnalis suaraperempuanpapua.id.
Alfonsa mengatakan, dalam penilaian disertai juga dengan pembototan pada tujuan menulis opini termasuk opini tersebut tidak plagiat, menggunakan data dan fokus dalam satu isu.
“Saya mengakui, peserta masih perlu melatih diri dan terus berproses, apalagi yang namanya menulis tidak bisa sehari jadi bagi yang belum terbiasa. Karena yang kami latih, lebih banyak mahasiswa-mahasiswi maka diperlukan waktu serta tuntutan agar mereka lebih sering baca dan menulis,”ujar Alfonsa.
Alfonsa berpesan kepada kelima peserta, untuk tidak puas dengan hasil yang ada, melainkan terus berlatih untuk meningkatkan mutu tulisan.
“Dari rangkaian kelas menulis opini, tidak sampai di sini saja, sebab menulis opini bagi pemula memang tidak bisa sehari langsung jadi. Perlu proses terus-menerus menulis,” kata Alfonsa.
“Kepada kelima peserta tetap semangat berliterasi,”tutupnya. [] AJW