Albert Meraujde dari Fraksi NasDem DRP Papua menyoroti kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura terkait lingkungan dan penanganan sampah. Albert memberi apresiasi terhadap komunitas peduli sampah atas aksi cigi sampah bersama di Kampung Kayu Batu.
TIFFANEWS.CO.ID,- Aksi Cigi sampah di Kampung Kayu Batu bersama Komunitas Gerakan Aksi Hijau Alam Rumah Papua[GAHARU], Rumah Bakau Jayapura, Bule Ocean dan Gren Leadership Indonesia Kementrian Lingkungan Hidup pada Sabtu,(7/12,2024), mendapat apresiasi dari Albert Meraujde dari Fraksi NasDem DRP Papua.
Kampung Kayu Batu berada di poros akses lintas masuk- keluarnya kapal-kapal besar dari lintas negara dan antar daerah di Indonesia. Sementara sampah yang tidak tertangani, membuat warga resah dan kuatir akan ancaman malaria karena banyak nyamuk. Biota laut dan pesisir pun terancam rusak akibat sampah yang tidak terkendali.
Kegiatan yang melibatkan pemuda karang taruna dan anak-anak dari kampung Kayu Batu, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, Papua, dinamakan cigi—pungut—sampah yang merupakan bentuk kepedulian sekaligus edukasi akan pentingnya merawat alam dari ancaman sampah pelastik di laut dan pesisir.
Aggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPR)Papua, Albert Meraudje yang juga terlibat dalam kegiatan cigi ini memberikan apresiasi atas gerakan beberapa komunitas yang peduli terhadap lingkungan.
Kepada media ini, Albert mengatakan, bahwa apa yang dilakukan pemuda-pemudi lintas komunitas ini merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap ancaman sampah bagi keberlangsungan hidup masyarakat sekitar.
“Sampah yang baru saja dipungut ini adalah akibat orang lain yang membuang sampah di kali dan drainase, yang akhirnya masuk ke laut. Diakui, dengan berkembangnya kota ini, tidak terhidar dari masalah sampah. Bagaimana dengan pemerintah kota Jayapura. Saya kira, perlu adanya regulasi yang dibicarakan dirancang serius soal lingkungan dan sampah untuk diperhatikan bersama,” kesan Albert.
Ditanya mengenai kemasan pelastik yang banyak dikumpul hari itu. Albert mengemukakan, sebisanya, setiap perusahaan coba perhatikan hal ini. Jangan cuma ambil keuntungan saja, tetapi, bagaimana kemudian bekas kemasan itu dibuat menjadi bernilai rupiah.
“Fenomena, orang beli kemasan. Setelah habis lalu dibuang. Padahal, di sampah itu ada nilai ekonomis yang bisa diolah. Soal ini, saya terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Juga mengenai edukasi mulai tingkat dasar. Oleh sebab itu, pemerintah wajib menyediakan sarana prasaran,”tegasnya.
Bicara kepedulian terhadap lingkungan dan dampak sampah, perlu keterlibatan semua unsur mulai dari adat, kampung, pemerintah kota, komunitas serta peran serta tokoh agama.
“Saya pikir, setidaknya mengingatkan umat melalui kotbah. Pesannya, alam ini telah memberi kita laut, sungai di dalamnya ada biota yang memberi kita makan.” ujarnya.
Koodinator Rumah Bakau Jayapura, Ikbal Azhar mengaku pihaknya melihat pemerintah belum benar-benar perhatikan kebijakan yang berkaitan dengan isu lingkungan dan sampah, terutama soal pengelolaan sampah yang menurutnya sampai saat ini masih lemah di legislasi baik dari tingkat kebijakan maupun implementasi.
”Kami terus peduli lingkungan melalui aksi ini. Kami akan terus lakukan ini untuk mengingatkan semua warga. Terutama Pemerintah Kota Jayapura untuk lebih tegas lagi dalam aturan lingkungan dan sampah.” kata Ikbal.
Ikbal mengatakan, tempat pembuangan akhir (TPA) masih terbatas, sistem daur ulangnya juga belum terintegrasi dengan baik, karena itu perlu menjadi perhatian terutama menyangkut perusahaan-perusahaan penyuplai kemasan pelastik.
“Kami melihat mereka belum mengambil tanggunjawab penuh atas limbah pelastik bermerek. Termasuk menghentikan penggunaan pelastik sekali pakai. Seharusnya, sudah beralih model bisnis yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan,”kata Ikbal.
Dengan melihat kondisi tesebut Ikbal mengecam tindakan yang belum juga ramah lingkungan ujarnya. ”Kami dari Rumah Bakau megecam kebijakan yang kurang tegas dalam penggunaaan sampah pelastik sekali pakai. Mereka sering mengalihkan beban pengelolaan sampah kepada konsumen tanpa mengambil langkah kongkrit untuk mengurangi sampah pelastik,”tegas Ikbal.
Senada, koordinator GAHARU Papua, Stenly Waita, berkomentar terkait bagi produsen pelastik,” Kami minta pihak perusahaan global yang tidak kami sebut satu persatu. Tolong bertangungjawab juga,” Ujar Koordinator GAHARU yang merupakan embrio dari Gren Leadership Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup.
Terkait perhatian terhadap sampah merupakan tugas kita semua. Untuk itu, diperlukan peran serta semua unsur dalam menangani sampah dan menjaga lingkungan di pesisir pantai. Dampak limbah pelastik terhadap ekosistem di dalam laut. Mari kita jaga pesisir dari dampak sampah pelastik
“Melalui kegiatan tersebut, Kami melibatkan pemuda yang tergabung dalam karang taruna di kampung. Selain itu, kami libatkan anak-anak kecil di sini. Mereka itu diharapkan kedepan sadar dan jaga kampung dari sampah,”ujar Stenly.
Ibu Martha Sibi masyarakat kampung Kayu Batu yang juga terlibat dalam aski itu berkesan positif. Menurutnya, kegiatan seperti ini bagus untuk edukasi bagi anak-anak kecil di kampung ini.
“Adanya sampah menjadi sarang nyamuk. Kalau malam, banyak nyamuk, gigitanya, biasa kami kena sakit malaria,”ungkap Martha.[] Alfonsa Wayap