TIFFANEWS.CO.ID,- Kabar gembira untuk dunia sastra Indonesia, penghargaan sastra paling prestisius Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK), hadir kembali pertengahan tahun ini setelah vakum selama tiga tahun.
Pada tahun 2001, seorang penulis, pemilik toko buku, dan sutradara film Richard Oh, memiliki gagasan untuk menghadirkan sebuah penghargaan sastra yang kemudian ia beri nama Khatulistiwa Literary Award.
Nama ini berubah di tahun 2014, setelah mempertimbangkan banyak hal, termasuk untuk lebih konsisten mempergunakan bahasa Indonesia, menjadi Kusala Sastra Khatulistiwa.
Melalui tangan dinginnya, juga kegigihannya menghadapi berbagai rintangan termasuk pandemi Covid 19, penghargaan ini terus berlangsung setiap tahun.
Sejumlah nama sastrawan Indonesia pernah mendapatkan penghargaan tersebut, baik untuk kategori prosa maupun puisi. Seno Gumira Ajidarma, Linda Christanty, Goenawan Mohamad, Hamsad Rangkuti, Acep Zamzam Noor, Nirwan Dewanto, Kiki Sulistyo, Ayu Utami, Joko Pinurbo, Afrizal Malna, Okky Madasari, Iksaka Banu, Leila S. Chudori, Inggit Putria Marga, Aan Mansyur dan banyak nama lainnya pernah naik ke panggung penghargaan ini, yang biasanya dilaksanakan di Plaza Senayan, Jakarta.
Kabar duka datang di tahun 2022, ketika Richard Oh, sang penggagas dan motor utama penghargaan ini meninggal. Pada tahun itu, Kusala Sastra Khatulistiwa berhenti. Di tahun berikutnya, pembicaraan mengenai pentingnya menghadirkan kembali Kusala Sastra Khatulistiwa mulai terdengar di antara orang-orang terdekat Richard Oh maupun dari komunitas sastra yang lebih luas.
Digerakkan oleh istri Richard, Pratiwi Juliani, dan adiknya, Linda Oh, Yayasan Richard Oh Kusala Indonesia (YRKI) didirikan tahun 2024. Lembaga ini berinisiatif meneruskan apa yang telah dibangun oleh semangat filantropis dan kecintaan terhadap kesusastraan dari seorang Richard Oh.
Pada jumpa pers di Aula PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Senin (20/1/2025), Ketua Yayasan Richard Oh Kusala Indonesia Pratiwi Juliani mengatakan pendirian yayasan ingin mengembalikan lagi warisan Richard Oh yang sudah berjalan selama 20 tahun.
“Setelah Richard Oh meninggal, para pegiat sastra selalu mempertanyakan kepada kami apa yang akan terjadi. Jadi saya pikir kehadiran kami kembali dan sekali ini dibantu oleh para kurator, kami ingin mengembalikan lagi KSK yang dinantikan oleh orang-orang,” terangnya Pratiwi Juliani.
Dengan dukungan Dana Indonesiana serta sejumlah sponsor lain, YRKI menghadirkan kembali Kusala Sastra Khatulistiwa di tahun 2025 ini. Yayasan telah menunjuk tiga orang kurator program yaitu Nezar Patria, Eka Kurniawan, dan Hasan Aspahani. Ketiganya juga tampil sebagai narasumber konferensi pers ini.
Tahun ini, penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa membuka peluang kepada para penerbit maupun penulis agar mengirimkan karyanya. Ada tiga kategori yang bakal diseleksi yakni prosa, puisi, dan cerpen.
Menurut Eka Kurniawan, kategori itu dipilih berdasarkan evaluasi dari yayasan dan tim kurator. “Secara kuantitas, cerpen itu banyak ditulis oleh penulis Indonesia sehingga perlu penghargaan sendiri biar muncul,” kata Eka Kurniawan.
Nezar Patria selaku kurator program KSK 2025 mengatakan kurator bertindak sebagai pihak yang menjamin bahwa kelangsungan program-program yang digagas oleh YRKI bisa berjalan dengan keberlanjutan. Bisa terus berkembang, bertumbuh, serta memperluas sumber daya yang ada untuk mendukung kegiatan-kegiatan literasi dan sastra di Indonesia.
“Kami tidak ikut dalam penjurian, jadi kurator ini bukan juri ya. Jadi peniliannya akan diserahkan kepada mereka yang memang punya potensi itu. Jadi para kurator sama sekali tidak akan ikut campur siapa yang menang,” terang Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Indonesia itu.
Ada beberapa hal baru dalam penyelenggaraan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun ini. Penghargaan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu untuk buku puisi, novel, dan cerpen. Pembagian ini diputuskan untuk memberi ruang berkembang yang lebih besar pada cerpen yang memiliki perkembangan sangat penting dalam tradisi sastra Indonesia. Buku-buku yang dinilai adalah karya berbahasa Indonesia yang terbit sepanjang tahun 2024.
Hal lain yang juga baru adalah tambahan hadiah berupa pembelian buku pemenang senilai Rp25 juta. Buku akan disebarkan ke sekolah, komunitas, dan perpustakaan/taman bacaan masyarakat, sebagai dukungan pada penerbit, serta perluasan pembaca karya sastra yang berkualitas. Adapun hadiah untuk tiga buku terbaik masing-masing Rp75 juta. Dengan demikian maka total nilai hadiah masing-masing pemenang menjadi Rp100 juta.
Syarat dan Ketentuan Kusala Sastra Khatulistiwa 2025
- Terbuka bagi penulis berkewarganegaraan Indonesia. Karya yang diajukan merupakan hasil karya penulis tunggal dan tidak melanggar hak cipta.
- Karya yang diajukan berupa buku cetak yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2024.
- Karya ditulis dalam bahasa Indonesia.
- Tiga kategori karya:
- Kumpulan cerpen, dengan jumlah minimal dua cerpen.
- Novel, dengan panjang minimal 30.000 kata.
- Kumpulan puisi, yang terdiri dari minimal 40 puisi atau satu puisi panjang dengan total 40 halaman.
- Penerbit atau penulis mengirimkan setidaknya dua eksemplar dari setiap judul karya yang diajukan. Pengiriman disertai dokumen pendukung berupa biodata penulis dan mencantumkan informasi kontak.
- Karya dikirimkan paling lambat tanggal 20 Februari 2025 (cap pos). Karya dikirimkan ke: Kusala Sastra Khatulistiwa 2025
Kusala Sastra Khatulistiwa 2025
ED Cluster No. 2A
Jalan Gunung Indah V
Cirendeu, Ciputat Timur,
Tangerang Selatan, Banten 15445
- Daftar panjang dan daftar pendek karya terpilih diumumkan sebelum pengumuman pemenang.
- Pengumuman pemenang akan dilakukan pada acara Malam Anugerah Kusala Sastra Khatulistiwa 2025.
(bn)