Oleh: Salsabila Kurnia Putri (Siswi SMA IT Ibnu Khaldun Merauke)
TIFFANEWS.CO.ID – Halo, para pejuang overthinking! Pernah nggak sih kalian sedang rebahan, tapi otak malah sibuk memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi? Udah ngantuk, tapi tiba-tiba ingat kejadian random dari tahun lalu? Atau saat fokus belajar, tiba-tiba kepikiran skenario absurd yang sama sekali nggak berhubungan? Kalau iya, selamat! Kamu nggak sendirian!
Overthinking itu seperti tab di browser yang nggak mau ditutup—terus berputar, bikin kepala penuh dengan pikiran negatif. Tapi tenang, kita nggak harus selamanya jadi korban pikiran sendiri! Ada cara untuk mengendalikannya agar hidup lebih santai dan nggak kebanyakan beban di kepala. Yuk, kita bahas bersama!
Apa Itu Overthinking?
Overthinking berarti “berpikir berlebihan.” Kondisi ini terjadi ketika seseorang terus-menerus memikirkan sesuatu hingga melampaui batas, sering kali tanpa solusi yang jelas. Akibatnya, seseorang bisa merasa cemas atau terjebak dalam lingkaran pikiran yang berulang-ulang.
Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan di Harvard Business Review, sekitar 73% orang dewasa mengaku sering terjebak dalam overthinking, terutama saat menghadapi keputusan besar atau situasi penuh tekanan. Bahkan, survei lain yang dilakukan oleh Psychology Today menemukan bahwa overthinking lebih sering dialami oleh remaja dan anak muda karena mereka lebih rentan terhadap kecemasan tentang masa depan.
Pengalaman Pribadi dengan Overthinking
Pernah nggak sih, kalian merasa kepala penuh dengan pikiran yang nggak ada habisnya? Seperti ada suara kecil dalam diri yang terus-menerus mengingatkan tentang semua kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Mau tidur sulit karena otak masih sibuk memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Mau fokus belajar atau melakukan aktivitas lain, tapi pikiran malah ke mana-mana.
Jujur, aku sendiri sering banget mengalami hal ini. Kadang, hal kecil yang sebenarnya biasa saja bisa jadi besar di kepalaku. Misalnya, ketika seorang teman membalas chat dengan singkat, aku langsung berpikir yang tidak-tidak: “Dia marah ya? Aku salah ngomong? Atau dia sudah nggak mau temenan sama aku?” Padahal, bisa jadi dia hanya sibuk atau capek.
Yang paling parah adalah saat memikirkan masa depan. Aku sering kepikiran tentang hal-hal yang bahkan belum terjadi—takut gagal, takut kecewa, takut nggak bisa mencapai apa yang aku inginkan. Misalnya, saat membayangkan kuliah, pikiranku langsung berlarian ke skenario terburuk: “Gimana kalau gagal? Gimana kalau nggak keterima di PTN impian? Gimana kalau aku menyesal di akhir nanti?” Pikiran-pikiran seperti ini terus berputar di kepala, membuat aku susah tidur, sulit fokus, dan semakin stres.
Overthinking ini seperti musuh dalam diri yang terus-menerus berbisik hal-hal negatif. Semakin dipikirkan, semakin stres, dan semakin sulit untuk fokus pada hal yang lebih penting.
Dampak Overthinking terhadap Kesehatan Mental dan Kehidupan
Overthinking bukan hanya sekadar kebiasaan buruk, tetapi juga bisa berdampak pada kesehatan mental dan fisik. Kondisi ini sering kali mengarah pada kecemasan berlebihan, insomnia, hingga penurunan mood yang memengaruhi kualitas hidup seseorang.
Menurut penelitian dari National Institute of Mental Health, orang yang sering overthinking lebih rentan terhadap gangguan kecemasan dan depresi. Karena itu, penting untuk mengatasi overthinking agar keseimbangan emosional dan mental tetap terjaga.
Selain itu, overthinking bisa memengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain. Ketika kita terus-menerus memikirkan respons teman atau orang terdekat, kita bisa merasa tidak yakin atau bahkan menjauhkan diri. Dalam jangka panjang, pola pikir ini bisa merusak hubungan yang sebenarnya baik-baik saja.
Cara Mengatasi Overthinking
Ternyata, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi overthinking.
1. Mengidentifikasi Pemicu Overthinking
Menurut artikel di Medcom.id, salah satu langkah pertama untuk mengatasi overthinking adalah mengidentifikasi pemicunya. Misalnya, jika setelah berbicara dengan seseorang kamu selalu kepikiran berlebihan, mungkin itu tanda bahwa kamu perlu menjaga jarak atau menyesuaikan ekspektasi.
2. Melatih Mindfulness atau Kesadaran Diri
Mindfulness bisa membantu kita fokus pada apa yang ada di depan mata, bukan pada hal-hal yang belum tentu terjadi. Salah satu tekniknya adalah teknik pernapasan 4-7-8 —tarik napas selama 4 detik, tahan 7 detik, lalu buang perlahan selama 8 detik. Menurut artikel di NY Post, teknik ini bisa membantu menenangkan sistem saraf dan mengurangi stres.
3. Melakukan Aktivitas yang Menyenangkan
Mengisi waktu dengan kegiatan positif juga bisa membantu mengalihkan pikiran dari overthinking. Seperti yang disarankan di Medcom.id, melakukan aktivitas menyenangkan atau menantang—seperti memasak, membaca buku, atau sekadar jalan-jalan—dapat membantu otak lepas dari jeratan overthinking.
4. Menyadari dan Menghentikan Pola Pikir Negatif
Ketika mulai overthinking, cobalah sadari dan hentikan pola pikir tersebut. Katakan pada diri sendiri, “Stop! Ini cuma ada di kepalaku.” Mengalihkan perhatian ke hal lain, seperti mendengarkan musik atau berbincang dengan teman, juga bisa membantu.
Kesimpulan
Overthinking adalah musuh dalam diri yang harus dikalahkan. Jika dibiarkan terus-menerus, kita bisa kelelahan, stres, dan kehilangan banyak momen berharga dalam hidup. Namun, kabar baiknya adalah overthinking bisa dikendalikan.
Dengan menyadari kapan kita mulai overthinking, mengalihkan perhatian, melatih mindfulness, dan melakukan aktivitas positif, kita bisa sedikit demi sedikit mengurangi kebiasaan ini.
Jangan biarkan pikiran mengendalikan diri kita. Kita punya kendali lebih besar atas diri kita sendiri daripada yang kita kira. Saat pikiran-pikiran itu datang, ingatkan diri sendiri untuk berhenti, tarik napas, dan fokus pada apa yang ada di depan mata.
Jangan biarkan kecemasan dan ketakutan membayangi hidupmu. Ambil kendali atas dirimu sendiri, dan jangan biarkan overthinking menghalangi langkahmu menuju masa depan yang lebih baik!