Oleh : Simon Petrus Balagaize, Amd.Par.
Distrik Naukenjerai, yang terletak di pesisir timur laut Arafura, memiliki kisah inspiratif yang tidak boleh terlupakan. Salah satunya adalah kehidupan masyarakat Kondo yang letak kampungnya paling jauh dari kawasan itu.
Meskipun terpencil dan aksesnya sulit, pendidikan menjadi sorotan utama di kampung ini berkat dedikasi luar biasa dari Ibu Yuliana J. Dimara S.Pd, seorang Kepala Sekolah yang telah memberikan kontribusi besar selama hampir dua dekade.
Perjalanan ke Kampung Kondo adalah perjalanan yang penuh tantangan. Dari Kota Merauke, perjalanan membutuhkan waktu sekitar 2 jam 30 menit hingga 3 jam menggunakan motor bensin, tergantung pada musim.
Perjalanan melewati berbagai kampung, seperti Kuler, Onggaya, Tomer, dan Tomerau, sebelum mencapai Kampung Kondo yang terisolir dan berbatasan langsung dengan Papua Nugini.
Kondisi jalan yang rusak parah, sungai yang tak bisa dilalui oleh mobil, serta medan yang menantang menjadikan perjalanan ini sangat sulit.
Namun, di tengah kesulitan, Kampung Kondo memancarkan keindahan alamnya dan keramahan penduduknya. Kampung ini memiliki sejarah dan nilai historis yang kaya, yang terkait dengan suku Malind-Anim hingga Sungai Digoel.
Ketika malam tiba, para peziarah seperti kami diterima dengan hangat dan bermalam di ruang kelas di sekolah setempat, dengan izin dari Ibu Kepala Sekolah Inpres Kondo.
Ibu Yuliana J. Dimara S.Pd telah berdedikasi mengajar di kampung ini sejak tahun 2004, dan saat ini telah menjalani tugasnya selama hampir 19 tahun.
Ibu Yuliana bukanlah satu-satunya pahlawan pendidikan di Kampung Kondo. Ada sembilan guru di SD Inpres Kondo, dengan delapan di antaranya adalah Guru PNS.
Salah satu guru honor sekolah adalah Bapak Guru Daud Mbanggu, seorang anak asli Marind Kanum dari kampung Kondo. Guru perempuan asli Marind dan Kanum, seperti Ibu Guru Bertila Gelambu, juga telah memberikan kontribusi besar dalam mencerdaskan anak-anak di kampung ini.
Kisah sulit dalam memberikan pendidikan terjadi ketika akses ke kampung ini masih sangat terbatas, terutama pada tahun 2004 hingga 2010.
Pada saat itu, perjalanan hanya bisa dilakukan dengan kuda karena jalan-jalan rusak dan sungai-sungai yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan bermotor. Pada musim hujan, perjalanan ini menjadi lebih sulit, dengan air yang dalam dan medan yang berat.
Jarak tempuh dari Kampung Kondo ke Kampung Tomerau dan ke Kota Merauke pun tidak singkat. Perjalanan dari Kampung Kondo ke Tomerau dan Tomer saja membutuhkan satu hari perjalanan, mulai dari pagi hingga sore, dan melanjutkan perjalanan ke Kota Merauke bisa memakan waktu 2 hingga 3 hari.
Pada musim panas, perjalanan ini menjadi lebih mudah dengan menggunakan motor, dan jarak dapat ditempuh dalam waktu 2 hingga 3 jam.
Kendati menghadapi berbagai kesulitan, pendidikan di Kampung Kondo adalah prioritas utama. Saat ini, anak-anak setempat dapat mengakses pendidikan dengan lebih baik.
Tantangan masih ada, terutama bagi anak-anak asli Marind dan Kanum yang terpencil di RT 3 Kampung Lama, Korkari.
Ada cerita bahagia di tengah tantangan. Beberapa anak didik dari kampung ini telah berhasil melanjutkan pendidikan hingga tingkat yang lebih tinggi dan bahkan bekerja di Pemerintah Daerah Merauke. Ini adalah bukti nyata dari dampak positif pendidikan yang mereka terima di kampung Kondo.
Pada akhirnya, Ibu Kepala Sekolah dan masyarakat di Kampung Kondo memiliki beberapa permintaan kepada pemerintah daerah:
Permintaan itu diantaranya, perbaikan akses jalan ke Kampung Kondo dari Kampung Tomer-Tomerau dan ke Kondo, pendirian Sekolah Dasar/TK di RT 3 Kampung Tua di Korkari untuk mencerdaskan anak-anak di daerah tersebut.
Kepala sekolah juga minta disediakan buku-buku bacaan yang layak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kampung Kondo.
Mereka berkomitmen untuk berbakti kepada bangsa melalui pendidikan dan berharap agar pemerintah daerah dapat mendukung upaya mereka untuk mencerdaskan anak-anak di pedalaman perbatasan RI dan Papua Nugini.
Para guru di Kampung Kondo adalah contoh nyata dedikasi, anugerah, dan karya anak bangsa sejati. (*)
Simon Petrus Balagaize, Ketua DPD KNPI Kabupaten Merauke dan Aktivis Pemuda Malind, pada bulan Oktober 2023.