TIFFANEWS.CO.ID,– Tradisi Semana Santa di Larantuka yang sudah berlangsung selama berabad-abad di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, merefleksikan iman umat Katolik di wilayah itu.
Sekretaris Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) RD Fransiskus Emanuel da Santo mengatakan bahwa sebelum Kekatolikan masuk di Larantuka, penduduka setempat sudah memiliki arca Bunda Maria yang kemudian disebut Tuan Ma.
“Ketika para imam Dominikan dari Portugis datang, penduduk setempat menunjukkan arca itu dan mulai dari situlah iman Katolik tumbuh di Larantuka,” dalam obrolan bertajuk “Mengenal Semana Santa Larantuka”, Rabu (19/3/2025) malam.
Karena itu, umat setempat yakin Bunda Maria adalah benih iman pertama yang datang di Larantuka sebelum orang di daerah itu beralih menerima Katolik.
Kegiatan Semana Santa menurutnya merupakan upaya menghidupkan devosi umat yang tertanam sangat dalam kepada Bunda Maria, ibu Yesus, tapi tidak terlepas dari perjalanan penderitaan Yesus di mana dalam kitab suci disebutkan bahwa Maria, ibunya senantiasa mengkuti hinggak tempat penyaliban di Bukit Golgota.
Lanjutnya, devosi ini pun mampu bertahan selama ratusan tahun karena peran berbagai pihak, mulai dari institusi Raja Larantuka, serta Gereja Katolik setempat yang terus mengambil peran agar devosi ini terus hidup dan memaknai perjalan iman umat Katolik.
“Bahkan ketika imam tidak ada, iman umat tetap terjaga karena prosesi Semana Santa menjadi kekuatan penopang iman. Karena itu Semana Santa saat ini bukan menjadi milik orang Larantuka, tapi terbuka untuk siapa saja,” ucapnya.
Dia melanjutkan, prosesi Semana Santa ini pun terinspirasi dari Alkitab. Hal ini tergambarkan pada berbagai perlengkapan atau ornamento yang turut diarak dalam proses Jumat Agung, diambil dari kitab suci seperti ukiran buah-buahan dari kayu melambangkan kejatuhan Adam dan Hawa yang tergoda untuk mencoba buah pengetahuan.

Contoh lainnya adalah tangan kayu yang disebut Tangan Diabo (setan) yang melukiskan tangan-tangan prajurit Romawi yang menganiayai Yesus.
Karena itu, dia berpesan kepada para peziarah dan juga umat Katolik di Larantuka, agar ketika mengikuti seluruh proses Semana Santa, dari awal hingga Minggu Paskah, mengalami pembaharuan dalam kehidupan imannya.
Perayaan Semana Santa tahun ini pun menurutnya terasa spesial karena bersamaan dengan pencanangan tahun yubelium yang ditetapkan oleh Paus Fransiskus. Umat Katolik memiliki kesempatan sepanjang tahun untuk pertobatan, pembaruan rohani, dan bersolidaritas.
“Apakah mengikuti Semana Santa membawa pertobatan?Jangan sampai biasa saja atau bawa kesan kurang bagus. Harus dimulai oleh tuan rumah harus tampakkan sesuatu yang positif, perubahan hidup imannya sehingga menjadi berkat. Ketika orang lain datang, lalu mereka pulang membawa sukacita dan pengalaman iman yang luar biasa,” tuturnya.
Pemerhati sejarah dan budaya Larantuka, Fransiskus Roi Lewar menambahkan bahwa keberadaan Semana Santa di Larantuka, tidak dapat dilepaskan dari peran umat awam, dalam hal ini Raja Larantuka beserta serikat awam, Konfreria.
Mereka inilah, kata Roi Lewar, yang menjaga tradisi itu selama ratusan tahun, ketika Larantuka tidak memiliki seorang imam yang bisa memimpin umat di daerah itu. Pasalnya, ketika itu, Portugis yang sudah terdesak oleh Belanda sehingga para imam dari negara itu tidak memiliki jadwal tetap untuk mengunjungi Larantuka.
“Semana Santa bisa eksis sampai hari karena karakteristik orang Larantuka yang berbudaya pantai, artinya terbuka. Makanya dari dulu, semana santa adalah hajatan raja yang kemudian dipelihara oleh serikat Konfreria yang melibatkan,” ulasnya.
Di masa lampau, terangnya, anggota Konfreria, merupakan kaum cerdik pandai yang mayoritas berprofesi sebagai guru. Mereka ini dinilai memiliki kemampuan manajerial yang baik sehingga mampun menjalankan persiapan Semana Santa sejak 40 hari sebelum pelaksanaan tradisi itu.
Adapun Raldy Doi yang memoderatori diskusi mengatakan bahwa, obrolan ini merupakan satu dari rangkaian perbincangan yang diorgnisasikan oleh komunitas Larantuka Heritage. Mereka ingin memberikan pemahaman yang utuh dan tepat mengenai Semana Santa baik kepada para peziarah maupun kepada generasi penerus dari Larantuka.
“Dialog ini kami rekam dan tayangkan di kanal Youtube Larantuka Heritage, agar nanti bisa ditonton dan dipahami oleh siapa saja,” pungkasnya.
Untuk mengakses diskusi ini bisa ditonton di channel youtube https://www.youtube.com/watch?v=SgWkoYO16Bk&t=1193s
(RF)