TIFFANEWS.CO.ID.- Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Zainudin Amali menjadi penguji eksternal dalam Sidang Ujian Tertutup Program Doktor atas nama Kenius Kogoya di Universitas Cenderawasih secara virtual dari Jakarta, Senin (17/10).
Disertasi yang diajukan berjudul ‘Nasionalisme, Kebudayaan, dan Olahraga: Studi Dampak Penyelenggaraan PON Pada Orang Asli Papua’.
Dalam kesempatan ini, Menpora Amali mengawali pembahasan tentang sejarah adanya PON. Menurutnya, PON menjadi salah satu yang tidak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Sebab, ajang ini terselenggara tiga tahun setelah Soekarno menyatakan proklamasi kemerdekaan.
“PON pertama dilaksanakan di Solo, ini muncul setelah awalnya Indonesia ditolak untuk tampil di Olimpiade saat itu. Oleh Bung Karno kemudian menunjukkan kepada dunia bahwa kita ini adalah negara yang sudah merdeka, ada pemerintahan, dan ditunjukkan dengan PON,” kata Menpora Amali.
Setelahnya, Menpora Amali menyinggung soal berlangsungnya Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua Tahun 2021 kepada Kenius Kogoya. Menpora Amali menanyakan dampak yang dirasakan oleh Papua atas kehadiran pesta olahraga nasional.
“Saudara Kenius Kogoya mengangkat tentang kehadiran PON membawa dampak besar untuk Papua. Bisa dijelaskan atau menggambarkan perbedaan situasi sebelum dan atau sesudah PON?,” tanya Menpora Amali.
Menjawab hal tersebut, Kenius menyampaikan pembangunan infrastruktur transportasi di Papua mengalami progres yang bagus. Baik itu di darat, laut, dan bandara.
“Berdasarkan hasil yang diperoleh, sebanyak 86 persen menyatakan hotel banyak dibangun, 75 persen menyatakan gedung perkantoran banyak dibangun, 58 persen berkembang sentra industri, dan 86 persen fasilitas olahraga atau sarana dan prasarana olahraga banyak dibangun dengan adanya PON,” kata Kenius.
Lebih lanjut, dia menerangkan, dengan adanya PON di Papua menjadi stimulus tumbuhnya nasionalisme pada masyarakat. Disamping itu, penyelenggaraan PON di Papua memberikan kontribusi dalam membentuk rasa nasionalisme.
“Event olahraga ini membuat rasa cinta tanah air, toleran, terbuka, persaudaraan, persatuan dan kebersamaan, serta semangat kebangsaan pada masyarakat di Papua tumbuh. Dengan demikian, ditetapkannya Papua sebagai tuan rumah PON Tahun 2021, masyarakat di Papua merasa dihargai, diperhatikan, dan dipercaya oleh negara,” jelas Kenius.
Diakhir kesempatan, dia mengajak secara bersama untuk merajut nasionalisme dan meningkatkan etos kerja. “Ayo, melalui olahraga kita rajut nasionalisme dan tingkatkan etos kerja untuk membangun Papua serta Indonesia,” pungkas Kenius.(*)