TIFFANEWS.CO.ID,- Istilah silent majority menjadi perbincangan hangat di media sosial pasca-Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Unggahan ini muncul setelah Prabowo-Gibran unggul dalam quick count dari dua pesaingnya, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Apa itu Silent Majority?
“Silent majority” adalah frasa dalam bahasa Inggris yang merujuk kepada sekelompok orang yang belum menyatakan pendapatnya terhadap suatu hal, terutama dalam konteks politik. Mereka cenderung diam dan tidak aktif dalam wacana publik politik.
Istilah ini dipopulerkan oleh Presiden Amerika Serikat Richard Nixon pada 1969 selama kampanye terkait Perang Vietnam. Nixon menggunakan istilah “silent majority” untuk menggalang dukungan nasional atas kebijakannya terkait perang.
Melalui pidatonya yang disiarkan di televisi pada 3 November 1969, Nixon mengatakan bahwa “And so tonight — to you, the great silent majority of my fellow Americans — I ask for your support” (Maka malam ini – bagi Anda, mayoritas warga Amerika yang diam – saya meminta dukungan Anda).
Pidato itu dimaksudkan untuk menggalang solidaritas nasional dalam upaya Perang Vietnam dan mengumpulkan dukungan atas kebijakannya.
Istilah ini kembali populer pada kampanye kepresidenan Donald Trump pada 2016.
Peran dalam Pemilu
Kelompok silent majority sering dianggap sebagai penentu kemenangan dalam pemilu karena jumlahnya besar dan kecenderungan memilih secara pragmatis.
Mereka merupakan pemilih yang tidak terpengaruh oleh politik atau diskusi politik, dan keputusan mereka dapat memengaruhi hasil pemilu.
Silent Majority di Indonesia
Di Indonesia, istilah silent majority juga muncul pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Dalam sebuah studi, silent majority di Jawa Timur diidentifikasi sebagai kelompok mayoritas yang menjadi segmentasi Tim Kampanye Daerah (TKD) Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin.
Silent majority kebalikan dari noise minority, yaitu kelompok mayoritas yang tidak mau membuat “gaduh”, Kelompok ini mampu menjadi massa nyata bagi kemenangan Jokowi. Dengan model silent majority, koalisi antara kiai dan warga yang masuk dalam kategori Nahdliyin ini dirasa efektif.
Pada Pilpres 2024, istilah silent majority kembali muncul setelah disinggung oleh beberapa tokoh politik, termasuk Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dan Ketua TKD Prabowo-Gibran Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Suara silent majority dinilai berpengaruh terhadap hasil quick count enam lembaga survei yang menyatakan Prabowo-Gibran unggul sementara.
Dengan demikian, silent majority memegang peran penting dalam dinamika politik, baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia.
Kemampuannya untuk memengaruhi hasil pemilu membuatnya menjadi kelompok yang penting bagi kandidat yang ingin meraih kemenangan. (Ron)